Jauh WhatsApp Daripada Api

Banyak orang labil yang mengeksploitasi status jomblo mereka, untuk dijadikan bahan tweet, posting, bahkan sampai jadi buku. Mereka bilang, jomblo itu pilihan, bukan kutukan.
Perasaan, dari jaman celana jeans raja firaun ngpress, masukinnya pake plastik, yang namanya kejombloan itu bukan merupakan sesuatu yang menarik untuk dibahas. Jadi apa bagusnya menjadikan jomblo sebagai tema?
Mulai dari yang katanya jomblo akut, sampai dengan jomblo terhormat.. Apa bedanya? Yang namanya jomblo mah tetep aja merana. Kebanyakan waktunya dihabiskan berdua sama tangan kiri.
Jadi, apa kerennya mengangkat tema jomblo?

Kalo kata gue, akan lebih bagus kalo misalnya para seleb tweet, mengangkat tema yang bisa memintarkan followersnya? Misalkan politik.. Atau masalah hukum.. Atau apalah yang sekiranya bikin para selebtweet itu keliatan mikir. Sukur2 bisa ngasih kontribusi buat pembangunan bangsa. Jadi ngga cuman sebatas ngegalau aja.
Ada lagi selebtweet cewe yang hobi banget ngomongin mantan.. Dimana unsur edukatipnya yak???

Oke.. ngomongin soal selebtweet yang notabene kebanyakan otaknya cuma nyampe level itu, emang nggak bisa dilepaskan dari kebiasaan followernya yang ngga beda jauh. Dimana mereka yang merupakan jemaat dari para selebriti khusus dunia maya tsb, biasanya cuma keranjingan sama sesuatu yang keliatan keren tapi norak.
Bisa dibilang apa yang digambarkan itu adalah gaya hidup mereka.

Nah, soal gaya hidup, itu gimana ya..? Susah juga dijabarkan. Jadi,yang namanya gaya hidup, kan punya dua kata yang membentuknya, dimana ada kata gaya dan kata hidup.
Hidup.. Udah tau lah ya maksudnya apa. Sementara gaya, itu mengandung muatan fisika. Dimana di salah satu hukum fisika yang berhubungan dengan gaya, menyebutkan bahwa: “Tekanan berbanding lurus dengan gaya.” – yang kurang lebih artinya adalah, kalo selama ini lo ngerasa hidup lo penuh tekanan, itu mungkin karena lo kebanyakan gaya.
Nah, di teori fisika yang lain, tepatnya di Hukum Newton pertama, dijelaskan bahwa “Benda akan diam di tempat atau bergerak konstan kalau tidak diberi gaya.” – dimana yang ini maksudnya adalah bahwa lu ngga akan berkembang kalo ngga gaya.

Dua hukum di atas sudah jelas kontras dan tidak pararel. Tidak mendukung antara satu sama lain. Seperti cewek cakep dan pohon mengkudu yang seperti gue jabarkan di postingan sebelum ini.
Nah.. Untuk masalah itu, yakni soal postingan yang kemaren, dimana cewek cakep kok bisa bersanding dengan pohon mengkudu yang buahnya bau, itu gue gak tau. Bisa aja itu disebabkan karena kesalahan sistem, atau tidak berjalannya regulasi. Kalau regulasi udah ngga jalan sebagaimana mestinya, maka apapun akan menjadi sebuah kemungkinan. Seperti ibaratnya angkot.. kalo sebuah angkot yang mengangkut emak2 yang mau ke pasar tiba2 nggak jalan dan mogok sebelum sampe ke pasar (baca: layu sebelum berkembang), maka apapun kemungkinan akan bisa terjadi; seperti misalnya, emak2 yang pada mau beli sayur yang diangkut angkot tersebut berhamburan keluar dan memilih jalan kaki, ada yang menumpang angkot lain, ada yang beralih ke taksi (gaya amat emak2..?!), ada yang manggil ojek, atau ada juga yang berdoa seraya menyemangati si sopir agkot, biar bisa melajukan kembali angkotnya. Bisa saja..! Tapi.. Menyemangati? Gimana caranya? Ada banyak sebenarnya. Salah satunya adalah dengan cara: gimme a SUP..!! Gimme a PIR..!! Gimme ANGKOT..!! Go go SUPIR ANGKOT go go SUPIR ANGKOT goooo…!! jadi cheerleader maksudnya. Bayangin.. emak2 tukang gado2/nasi uduk jadi cheerleader buat sopir agkot. Bagaimana jadinya?

Urusan sopir angkot -lepas dari soal angkotnya mogok apa ngga- emang ngga bisa dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Dimana semakin majunya peradaban, membuat manusia butuh akan sarana yang disebut transportasi. Di titik inilah yang namanya sopir agkot mulai meretas karirnya. Di daerah gue sendiri, sopir angkot punya komunitas (lebih tepatnya sih organisasi), yang namanya KOSA KATA (KOmunitas Sopir Angkot KAwasan koTA), dimana ketua umumnya adalah Drs. Ian, S.Tkaprupen (sarjana transportasi khusus angkutan perkotaan rute pendek – itu gelar yang didapatnya cuma dari kampus UNJ (urusan ngukur jalan)). Drs. Ian, S.Tkaprupen merupakan ketum incumbent dari komunitas angkot KOSA KATA. Di pemilihan ketum selanjutnya, ia akan berjibaku melawan beberapa calon yang diusung oleh para juragan angkot ternama.
Semasa menjabat, Drs. Ian, S.Tkaprupen terkenal sangat anti dengan yang namnya pembajakan. Sama seperti para musisi, Ian tidak pernah mentolerir adanya proses pembajakan; bedanya, kalau musisi ngga suka karyanya dibajak, kalo Ian ngga suka angkotnya dibajak. Wajar memang, mengingat semasa ia menjadi pilot yang bekerja untuk maskapai Nyungsep Airlines, ia pernah beberapa kali mendapati pesawatnya dibajak. Ketika saat ia hendak mengantarkan para jamaah haji yang akan menuju Mekkah, pesawatnya dibajak oleh beberapa orang yang memaksanya landing di Pondok Gede. Alasannya, sang pembajak belum manasik.

Jadi, wajar lah ya kalo sampe saat ini, dimana pasca ia dimutasi jadi sopir angkot + ketum oranisasi angkot, dia masih anti dengan pembajakan. Malah sampe2, facebook atau twitternya dibajak aja dia bingung..!! Pernah suatu hari, BB’nya juga dibajak -jadi sesudah pesawatnya, beberapa hari kemudian BB’nya yang dibajak. Terpampang disana (di status BB’nya) “Aku kesepian.. Temani aku, plis!”, padahal dia tidak penah merasa ganti status seperti itu.
Lantas, siapa yang menuliskan status “Aku kesepian.. Temani aku, plis!” ini? Mungkinkan pihak yang memang tidak suka dengannya? Atau mungkin mantan pacarnya yang masih merasa sayang padanya? Bisa saja.. Namun untuk pastinya, siapa yang bisa menjamin?

One thought on “Jauh WhatsApp Daripada Api

Ngomen Yang Bener!!